Skripsi
Keberagaman golongan abangan dan putihan dalam islam kejawendi Dusun Bomati Desa Gaji Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban
Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel SurabayarnKata kunci: keberagamaan golongan abangan, putihan dan Islam kejawenrnSalah satu daerah di Jawa Timur yang masih kental dengan system keagamaan kejawen yaitu di Desa Bomati, kec Kerek Kab. Tuban. Masyarakat Bomati terbagi menjadi dua golongan. Yaitu, golongan abangan dan putihan system keprcayaan mereka adalah percaya terhadap adanya kekuatan alam semesta masih sangat kental. Namun sudah masuk golongan putihan yang menjalankan syariat Islam menurut Qu’an dan HaditsrnAdapun rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: (1) Bagaimana faktor-faktor yang melatar belakangi terbentuk dan berkembangnya model keberagamaan abangan dan putihan dalam Islam kejawen di dusun Bomati Desa Gaji Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban ? (2). Bagaimana bentuk Keberagamaan masyarakat Dusun Bomati Desa Gaji Kabupaten Tuban?rn Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai keberagamaan golongan abangan dan putihan dalam Islam kejawen di Dusun Bomati. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan teori interaksionisme simbolik milik George Herbert Mead.rn Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Keberagamaan pada masyarakat Bomati terjadi karena beberapa faktor, yaitu : berawal dari masyarakat pendatang yang statusnya bisa karena kunjungan, pernikahan, pekerjaan, syiar Islam dan kemungkinan karena akan menetap untuk seterusnya. Dan generasi yang berpendidikan, dengan mereka menuntut ilmu biasanya mereka mendapat pengaruh positif dari lingkungan. (2) Bentuk keberagamaan masyarakat Bomati di kelompokkan menjadi dua golongan yaitu golongan abangan dan golongan putihan. Kedua goongan tersebut secara nominal termasuk beragama Islam, tetapi golongan abangan dalam kesadaran beragama dan secara hidupnya lebih ditentukan oleh tradisi-tradisi Jawa pra-Islam, atau bisa di sebut juga islam kejawen yang didalam melakukan ritual sembahyangnya masih memuja hal-hal yang berbau mistis.sedangakan golongan putihan memahami diri sebagai orang Islam dan berusaha hidup menurut ajaran al-Qur’an dan al-Hadits.rn
D-2013/SOS/027 | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain