Artikel
Kritik Sastra Indonesia Modern (Kajian Pendalaman Materi Diklat Guru Bahasa Indonesia)
Mambahas kritik sastra adalah termasuk berupaya untuk mengapresiasikan kerya sastra. Manfaat dari mengkritis sebuah karya sastra antara lain adalah dapat menilai sebuah karya sastra itu baik atau kurang baik. Karya sastra dapat di pakai sebgai pencerahan bagi pembacanya. Sebuah karya sastra dikatakan baik apabila isi yang diuraikan dalam karya sastra itu dapat dipakai suri toladan bagi pembaca sewbagai contoh untuk mengambil kebijakan hidup yang positif. Sedangkan contoh yang tidak baik, itulah yang haru diwaspadai, kita hindari. Kritik sastra Indonesia modern mulai muncul tahun 1920 an dengan adanya tulisan Mohammad Yamin Yang berjudul” Sejarah Melayu”, “ Panji Pusaka” (tahun 1932) yang ditulis Sutan Takdir Alisjahbana. Sebelum itu tulisan kritik Sastra (teoritis) ada pula aturan Balai Pustaka yang dikenal dengan “ Nota Rinker” Pada tahun 1930-an kritik Sastra Pujangga Baru ada dua tipe, yakni sastra kritik pragmatic yang dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, yang ke dua adalah sastra ekspres yang dipelopori oleh Sanusi Pane. Para penulis kritik sastra Indonesia modern sampai pada pertengahan 1950-an, mereka menamakan kritikus Sastrawan corak kritikannya impresionistik, bertipe ekspresif dan pragmatic. Etelah Tahun 1950-an, mereka menamakan kritikus sastrawan corak kritiknya impresionistik, bertipe akspresif dan pragmatic. Setelha tahun 1950-an muncullah kritikus akademik atau kritikus ilmiah, kritikus sastrawan dengan tokohnya Arif Budiman, Goenawan Mohammad, menuduh bahwa kritikus
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain