Skripsi
al Tama'im fi al Hadits: Dirasah ma'ani al hadits fi musnad al Imam Ahmad Bin Hambal al raqm 17353
Jimat adalah suatu perkara yang tidak asing lagi bagi kehidupan umat muslim. Dalam beberapa riwayat, Rasulullah telah menjelaskan bahwa jimat adalah suatu perbuatan asyirik.Namun pemahaman yang minim tentang jimat menjadi sumber kesyirikan bagi manusia. Rasulullah secara tegas telah melarang menggunakan jimat sebagaimana yang terjadi pada masyarakat jahiliyah, bahwaterlepasdarikuasa Allah, jimatitudapatmendatangkanmanfa’atdanmenghilangkanbala’.rnDalamskripsiini, penulismembahastentangmaknatamimah (jimat) yang terdapatdalamhadisMusnad Ahmad bin HambalNomorIndeks 17353. Dalamhadisini, Rasulullahbersabdabahwamenggantungkantamimahadalahsyirik.LalubagaimanarelevansiantarapengkultusankepadaAtsarRasulsepertirambutNabi, yang dilakukanolehparasahabatterdahuludenganhadisdalamMusnad Ahmad ini?rnJenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah library research(penelitian kepustakaan), dengan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dengan menelusuri kitab Musnad Ahmad bin Hambal, kemudian melakukan takhrij, yaitu menelusuri kitab-kitab lain yang terkait dengan hadis yang dikaji. Penelitian ini kemudian dianalisa dengan melakukan kritik terhadap sanad dan matan hadis. Langkahpenelitian yang pertamaadalahmengetahuikualitassanadhadis. Dari proses penelitian, didapatkanbahwahadisMusnad Ahmad bin Hambalinibernilaishahih karena memenuhi syarat keshahihan hadis. Dari segimatannya, hadisinijugabisadikatakanshahihkarenatidakbertentangandengan al-Qur’an dan al-Hadis. Oleh karena itu, hadis ini maqbul dan bisa dijadikan hujjah.rnDalam berbagai syarah, disebutkan bahwa yang dimaksud tamaim dalam Kitab Syarah Hadis seperti Aunul Ma’buddsb ini adalah tamaim sebagai bentuk penolak bala, yaitu tamaim sebagaimana yang digantungkan oleh kaum jahiliyah. Ini berbeda dengan pemahaman pengkultusan yang dilakukan oleh para sahabat yang disebutkan oleh beberapa hadis, yang bermakna pengkultusan tersebut bukan berbentuk penolak bala, akan tetapi adalah bentuk Tabaruk (mencari berkah) dari sesuatu yang mana Allah memberi nilai lebih padanya, yang biasa kita sebut berkah. Olehkarenaitu, tidakadapertentanganantarapemahaman yang satudengan yang lain. Rasulullahsendiritidakpernahmelarangbentuk-bentuktabaruk, bahkandalam al-Qur’an sangatbanyakayat-ayat yang menjelaskantentangkeberkahan.DalammengkajipemahamanhadisRiwayat Ahmad bin Hambalini, penulismenelusuridariasbab al-wuruddandiketahuibahwamemangpadasaatitumasyarakatbanyak yang melakukanpraktikmenggantungkanbenda-benda yang tidakada di dalamnyakeberkahan Allah danmerakamenggantungkannyatidak lain sebagaibentukpenolakbala, padahalhaltersebutbertentangandenganaqidahislamiyah. Hal inibisamengantarkanpadakesyirikansehinggaRasulullahbersabdasebagaimana yang terdapatdalamMusnad Ahmad bin HambalNomorIndeks17353.rn
U-2013/TH/044 | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain