Skripsi
Studi tafsir kisah Nabi Musa dalam Surat al-Baqarah 72-73 tentang pengungkapan kasus pembunuhan melalui otopsi forensik
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana penafsiran surat Al-Baqarah: 72-73. 2) Bagaimana bentuk implisit masalah otopsi forensik pada penafsiran surat Al-Baqarah: 72-73.rnTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penafsiran para ulama tentang surat Al-Baqarah: 72-73 serta menemukan bentuk implisit masalah otopsi forensik pada penafsiran ayat tersebut.rnPenelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode penyajian data deskriptif dan analitis. Pengumpulan data diperoleh dari beberapa kitab tafsir terkait pembahasan surat Al-Baqarah: 72-73 dan beberapa karya tulis yang menyajikan uraian tentang otopsi forensik serta karya-karya tulis lainnya yang relevan dengan penelitian ini.rnPenelitian ini dilakukan karena otopsi forensik merupakan masalah kontemporer dan secara eksplisit belum ditemukan dalil yang pasti dalam Al-Quran maupun hadis, bahkan dalam penafsiran Al-Quran yang ada selama ini belum ada pembahasan terkait permasalahan tersebut, namun pemaparan tentang terungkapnya kasus pembunuhan pada masa Nabi Musa yang tersaji dalam QS. Al-Baqarah: 72-73 secara implisit dapat dipahami memiliki indikasi terkait problematika otopsi forensik yang menjadi salah satu cara pembuktian dalam mengungkap kasus pembunuhan pada saat ini.rnHasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penafsiran para ulama tentag surat Al-Baqarah: 72-73 menjelaskan bahwa Allah SWT membenci prilaku dan sikap kaum Nabi Musa, yaitu prilaku pembunuhan, sikap saling tuduh menuduh tanpa bukti, serta sikap menutup-nutupi kebenaran. Selanjutnya Allah menjelaskan cara pembuktian kasus pembunuhan yang menjadi salah satu mukjizat Nabi Musa, sekaligus menegaskan kekuasaan Allah SWT untuk menghidupkan orang yang telah mati dan hal tersebut menjadi salah satu dalil keniscayaan hari kiamat. Secara implisit ayat tersebut mengindikasikan pentingnya melakukan penyelidikan dalam kasus pembunuhan misteruis. Secara tekstual pada ayat 73 menjelaskan bahwa kasus pembunuhan yang diperselisihkan umat Nabi Musa, dapat terungkap dengan pernyataan dari korban sendiri. Secara teknis hal itu dapat disejajarkan dengan laporan visum et repertum yang diperoleh dari hasil penyelidikan pada jasad korban, dengan kata lain jasad korban sendirilah yang dapat mengungkap peristiwa pembunuhannya melalui perantara hasil otopsi forensik yang tertuang dalam visum et repertum.rn
U-2013/TH/029 | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain