Skripsi
Slametan Sya`banan : Makna tradisi Ruwatan Desa di Desa Candi ParirnKecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo
Proses masuknya nilai Islam ke dalam aktifitas masyarakat desa Candi Pari diawali dengan perkenalan atau pendekatan dengan tokoh agama yang pertama kali singgah di desa Candi pari, yaitu Hindu. Penyebaran Islam yang ada di desa Candi Pari tidak menggunakan jalan kekerasan, namun menggunakan cara damai. Mulanya tokoh Islam waktu itu Mbah Bilmas, Mbah Ali Rahman dan Mbah Mustopo mengundang tokoh dan pengikut agama Hindu beserta orang yang mempercayai animisme-dinamisme turut diundang untuk berdoa bersama yang juga mengadakan sesaji-sesaji agar seluruh penduduk desa diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan mengadakan sesaji-sesaji dan yang berkaitan dengan kemusyrikan, tokoh Islam tersebut mempunyai pandangan agar tradisi-tradisi nenek moyang tidak punah karena jika dihilangkan akan membuat hati masyarakat resah. Oleh sebab itu, tradisi-tradisi nenek moyang tidak ditinggalkan, namun diganti dengan hal-hal yang baik.rn Dalam konteks inilah, nilai-nilai Islam menyusup secara lembut dalam tradisi Jawa yang dilakukan oleh masyarakat desa Candi Pari. Tradisi yang dipelopori oleh ketiga tokoh Islam tersebut disebut dengan tradisi ruwatan desa yang kerap kali dilaksanakan pada bulan Sya`ban. Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam ruwatan desa mempunyai dua kategori, yaitu nilai simbolik dan nilai substantif. Nilai simbolik terdapat dalam simbol wayang dan makanan hasil bumi yang terdapat dalam ritual upacara tersebut. Secara simbolik, wayang mempunyai pesan-pesan luhur bagi kehidupan manusia untuk menjadi manusia yang baik. Kemudian makanan hasil bumi menyimbolkan mensyukuri nikmat Allah yang tiada batasnya. Oleh karena itu, nilai Islam yang ingin diajarkan dalam ruwatan desa ini adalah nilai budi luhur kebersihan hati. Sedangkan nilai substantif terdapat pada doa-doa yang digunakan dalam ruwatan desa, di mana masyarakat desa Candi Pari bertahlil yang dipimpin oleh seorang mudin yang diamini oleh banyak orang. Begitu juga adanya slametan atau sedekah dalam ruwatan desa mengandung nilai Islam untuk menyedekahkan sebagian dari rizki yang berupa makanan yang dihidangkan di tengah-tengah orang yang berdoa yang kemudian dimakan bersama-sama. Hal itu diharapkan agar terhindar dari bala’ dan bencana yang mungkin timbul secara tiba-tiba dan kerukunan antarwarga tetap terjaga.rnrn
U-2014/PA/003 | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain