Skripsi
Penafsiran al Maraghi atas ayat 26-28 Surat ar-Rahman tentang wajhullah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah penafsiran tentang wajhullah dalam al- ayat 26-28 surat ar-Rahman menurut kacamata Musthafa al- Mara>ghi. rnPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran al- Mara>ghi dan konsep wajhullah melalui penafsiran ayat 26-28surat ar-Rahman beserta ayat-ayat lain ang mendukung pemikirannya dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat yang berupa sifat Allah, terutama sifat jasmani Allah (antropomorfisme). rnModel penelitian ini adalah library research, yaitu objek dan data penelitiannya diambil dari literatur yang berupa buku, dokumen, jurnal, dan lain-lain. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah kitab tafsir al-Mara>ghi> dan penafsirannya rnterhadap surat at-Rahma>n ayat 26-28 yang membicarakan tentang sifat jasmani bagi Allah, yakni wajhullah. rnDalam konteks sifat Allah, beberapa mufasir berbeda dalam menyikapinya. Ada yang menyetujui sifat Allah dan ada pula yang menafikan sifat Allah, karena hal itu dianggapnya mengurangi kesucian Allah. Begitu juga dengan penafsirannya, al-Maraghi sebagai murid Muhammad Abduh yang menggunakan rasionalnya dan rndikenal dengan pemikirannya yang cenderung kepada muktazilah dalam memahami ayat-ayat kalam. rnCara pemikiran kalam al-Mara>ghi> ialah Muktazilah rasional. Karena setelah dikaji lebih dalam lagi ditemukan bahwa ternyata pemikiran kalam al-Maraghi memiliki banyak kesamaan dengan pemikiran yang terdapat di dalam aliran Muktazilah dan aturidiyah Samarkand dan sedikit persamaannya dengan pemikiran rnSetelah diteliti, ternyata al-Mara>ghi< dalam menafsirkan lafadz wajhullah tersebut mengakui adanya sifat Allah tanpa menjelaskan apakah sifat Allah berada dalam dzat-Nya atau tidak. Ia menafsirkan lafadz wajhullah sesuai konteks pembahasan ayat. Dan lafadz wajhullah pada ayat ini ia tafsirkan dengan dzat Allah. rnKonsep wajhullah menurut al-Mara>ghi dalam ayat 26-28 surat ar-Rahma>n, menurut al-Mara>ghi dipalingkan makna harfiyahnya kepada makna majazi yang berarti dzat tanpa menjelaskan apakah sifat tersebut berada di dalam ataupun di luar zat-Nya. Ia cenderung tidak mengakui bahwa Allah memiliki sifat jasmani sehingga berdampak pada panafsiran lafadz wajhullah yang ditafsirkan dengan dzat Allah.
U-2014/TH/032 | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain