Artikel
Kolaborasi pandita dan lapas klas IIA pemuda tangerang dalam membina kegamaan narapidana buddhis
Penelitian ini dilakukan di Lembaga pemasyarakatan Klas IIA Pemuda Tangerang pada tahun 2012. Dengan menggunakan pendekatan phenomenologic, serta analisis data mengacu pada model Miles and Huberman, dalam penelitian ini diperoleh temuan sebagai berikut. Penyelenggaraan pembinaan keagamaan Buddha bekerjasama dengan organisasi Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI) yang mengkoordinir para Romo Pandita. Sistem pembinaan yang digunakan oleh pandita adalah indirect contact (pembinaan dengan pendekatan langsung tatap muka). Pembinaan ini cenderung berpola top down approach (pembinaan dari atas ke bawah). Bentuk pembinaan oleh pandita berupa: (1) Dhamma Desana (ceramah keagamaan) dengan materi sekitar moralitas (sila), meditasi (samadhi) dan kebijaksanaan (panna), motivasi; (2) Latihan membaca paritta dan latihan puja bakti (sembahyang); (3) Vihara Gita (Lagu rohani); dan (4) Dhamma Sadhana (retreat meditasi). Pelaksanaan pembinaan belum memiliki kurikulum, dan evaluasi dilakukan hanya secara lisan. Faktor yang mempengaruhi pembinaan meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa: (1) minimnya sarana pembinaan, (2) tidak ada petugas pembina agama Buddha, (3) kualitas dan ragam pembinaan kurang, dan (4) rendahnya motivasi narapidana. Faktor eksternal berupa: (1) Minimnya koordinasi dan komunikasi dengan instansi terkait baik instansi pemerintah maupun non pemerintah yang concern terhadap pembinaan umat Buddha); dan (2) Rendahnya kepedulian dan keikutsertaan masyarakat dalam pembinaan.
Sma 20160084 | J 201.6 Sma | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain