Artikel
Pendidikan Islami Dalam Nilai-nilai Kearifan Lokal DiDong
Terancamnya identitas bangsa Indonesia yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika dengan munculnya konflik antar suku, agama, ras, kekerasan yang menjadi ajang perpecahan persatuan bangsa ini. Peristiwa tersebut tercipta karena pudarnya sikap toleran yang termanifestasikan dalam Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan tidak mengindahkan kearifan yang sudah terbina. Di tengah maraknya perpecahan tersebut, daerah dataran tinggi Gayo yang merupakan daerah penegak syari’at Islam yang didiami oleh berbagai suku mampu menetralisir keadaan dengan mempertahankan nilai yang arif dari peninggalan leluhur dan menghidupkan suasana pendidikan Islami menggunakan sarana atau media seni Didong. Oleh karena itu, pentingnya solusi untuk menyikapi suatu perbedaan yang rentan menimbulkan konflik dengan menjunjung kearifan lokal. Nilai seni Didong berunsur keindahan, religius dan kebersamaan yang tertransformasi dari pesan kebijaksanan lokal, yaitu mukemel, tertib, setie, semayang-gemasih, mutentu, amanah, genap-mupakat, alang-tulung, dan bersikekemelen. Pendidikan Islami dari pertunjukan Didong tidak lepas dari adat, syari’at, dan lebih bisa diserap oleh masyarakat dengan begitu sifat toleransi yang terbina menciptakan perdamaian dan menciptakan suasana Islami sebagai daerah penegak syari’at Islam
Tah 20160340 | J 001.4/2 Tah | Perpustakaan A. Yani | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain